Pikirku, aku candu terhadapmu. Lewat layar kaca, melihat dan mendengar
caramu berbicara, tertawa serta bersuara adalah caraku menikmati hidup selama
jutaan menit melalui retina dan juga selubung mata. Gagasanmu adalah gagasanku,
setidaknya setiap perkataanmu berhasil memasuki konstruksi batin dan ruang
imajinerku atas dasar persetujuanku.
Melaluimu, aku mengenal penyakit fanatisme. Empatiku melebihi kadar abnormalitas, sakitmu juga sakitku,
seperti itukah caraku memuja? Aku tak tahu caranya sembuh, atau jangan-jangan
aku tak mau sembuh? Kamu manusia, berhak salah. Begitupun aku manusia, mungkin
serba salah juga terlalu mendamba. Kadang, aku tergoda untuk kecewa. Lain waktu
lagi aku tergoda kembali untuk bangga. Aku malu untuk tak mau tahu, tapi aku lebih
malu untuk tak mau kamu.
Bahaya. Aku sadar kekeliruanku untuk berkata salah adalah salah.
Pandanganku yang cerdas, terbutakan oleh sakit yang membuatnya bias. Lagi –
lagi tak bosannya aku menyandarkan pada alasan manusiawi untuk pembenaran,
karena aku kasihan, setidaknya beban dipundakmu terlalu menanggung banyak
beban. Aku sangsi, terkadang fanatisme-ku padamu melebarkan ruang untuk
memaafkan sekaligus melebarkan ruang kebencian bila dipermainkan.
Aku tahu kamu cemberut melihat impianmu menjadi semrawut oleh
realita yang kacau marut. Aku mengerti bagaimana dirimu sendiri dan
orang-orangmu marah pada setiap detik kamu dibebankan kepercayaan, sebagian
kamu sia-siakan dan sebagian lagi tetap kamu sandarkan pada harapan. Tapi,
sekali lagi wahai yang ku dambakan, jadilah sosok yang selalu dapat ku
jemawakan. Dibalik banyaknya yang menyumpah serapah dengan menyakitkan, walau sedikit namun selalu ada do’a yang
terpanjatkan. Allah mboten sare.
Jika cinta menjadi pembanding yang agung, maka aku yakin kamu adalah
juara yang berpiala ulung. Nafas yang hidup menjadi saksi, semua yang jatuh tak
semuanya berbuah buruk. Jatuhnya hujan adalah senangnya tumbuhan, dan jatuhnya
hujatan adalah bibit bagimu untuk meninggikan harapan. Selamat berjuang. Kepercayaanku adalah kemewahan yang membuatmu
tetap diistimewakan. Semoga kamu tetap menjadi sapu tangan bagi setiap tangisan
yang lahir dari jerat kemiskinan. Kefanatikanku bukan harga mati.
Memayu hayuning bawono. Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning hyang sukmo. Ojo waton ngomong ning yen ngomong sing gawe waton. Jagat ora mung sagodhong kelor, kareben nggremet waton slamet.Adigang. Adigung. Adiguno.
Regards, Your fans.