Yang Maha bijaksana dengan segala
Kesempurnaannya,
Segala pujian ada untukMu. Segala
hina ada untukku.
Hidup ini lucu sekali ya?
Lebih lucu daripada guyonan semua
komedian.
Lebih lucu juga daripada humor
seluruh netizen yang dikenal budiman.
Hidup ini memang tempat bersenda
gurau semata seperti yang Engkau bilang. Engkau seperti orang tua yang
mengijinkan anaknya pergi sebentar ke taman bermain tetapi tetap setia pula
menanti ia kembali. Dari tanah saya datang dan ke tanah pula saya akan pulang.
Saya juga bercengkrama bersama kawanan manusia lain di atas tanah yang fana. Memang
hidup seperti di taman bermain; berlari-larian hingga terjatuh, dibuat terbang
oleh ayunan lalu tertawa-tawa hingga terjatuh lagi, bangkit lagi lalu mencoba
berbagai permainan lain. Ah rasanya…….. seperti itu-itu saja.
Tapi pada akhirnya Engkau akan
menjemputku pulangkan? Walau entah kapan, bahkan Engkau tidak berbagi rahasia
pada malaikat perihal kapan, dimana dan bagaimana caranya mencabut nyawa dari
tubuh yang lemah ini. Engkau hanya memerintahkan mereka menonton dan mencatat
gerak-gerikku seperti seorang komentator di lapangan bola sampai waktunya
habis. Engkau adalah Wasit yang menentukan perihal kemenangan dan kekalahan.
Tiada yang berhak menggugat keputusanMu. Tiada pula yang berhak menentang
ketetapanMu.
Pada akhirnya aku akan tiada,
dianggap semesta seperti tidak pernah ada. Pada akhirnya aku akan menjadi abu,
makanya aku senang menulis, barangkali ada sesuatu yang tersisa bila ada yang
rindu. Masih mending juga kalau ada yang mau mengenang saya baik-baik, saya
sering ketakutan jika saya mati dan hanya dikenang sebagai perempuan tak punya
nurani.
Engkau pada akhirnya akan
memaksaku untuk pulangkan? Seperti seorang Ibu yang tidak sabar memeluk anaknya
yang kelelahan. Entah akan memanaskanku dengan neraka atau memberikanku sebuah
kesejukan melalui surga. Tetapi, perihal surga kalau boleh sisakan banyak
tempat ya, ya Tuhan? Untuk Imamku, keluargaku, sahabat-sahabatku, orang-orang
yang mencintaiku, anak-anak juga orang tua di panti, lalu juga untuk
orang-orang yang telah tulus memaafkanku. Kalau Engkau berkenan, satu tempat
juga untuk pendosa yang hina ini. Karena dunia ini terlalu melelahkan dan
dipenuhi api kebencian, kecemburuan, kemunafikan dan segala hal lain yang
menyiksa jiwa. Setidaknya, surga adalah tempat yang Engkau janjikan menyenangkan
untuk berteduh. Mungkin disana tiada lagi politik yang menjijikan, mungkin
disana tiada lagi fitnah yang berhamburan, mungkin juga disana tiada lagi
bentuk pengucilan yang bagi saya sangat menyakitkan. Di Surga sana pasti
hanyalah orang-orang baik yang bergerombol. Mungkin disana ada perpustakaan
yang hebat? Saya tak tahu, pastilah keindahan dan kehebatan surga melebihi keindahan
yang hanya bisa dibayangkan oleh nalar saya yang lemah ini. Tapi yang jelas
pasti isinya menyenangkan dan membahagiakan.
Aku ini manusia yang maha bandel
ya Tuhan. Manusia bandel yang masih bisa-bisanya –tidak tahu diri- meminta surga
di keabadian sana. Jika Engkau adalah Maha segala Kebaikan, sedang aku adalah maha
segala kebodohan. Seolah terkena penyakit amnesia akut sering melupakanMu saat
merasa bahagia. Lalu tidak tahu diri tetap meminta-minta dan kembali padaMu
saat terjatuh. Anak bandel memang fitrahnya dihukumkan? Saya sudah merasakan diberikan
kartu kuning saat Engkau banyak mengambil sesuatu atau membolak-balikkan
perasaan orang-orang yang saya cintai hingga saya kehilangan mereka
perlahan-lahan bahkan selamanya. Saya bahkan sudah diberikan kartu merah saat
kehilangan Engkau dari kalbu yang rapuh ini. Membayangkan itu kembali hanya
membuat saya hanya mampu menyalahkan diri sendiri.
Ah! saya masih ingat Tuhan, saat
saya menangis sendirian hingga bacaan shalat saya begitu belepotannya. Saya selalu
dan terlalu takut membuat orang-orang yang saya cintai khawatir hingga
satu-satunya terbaik untuk mengadu nasib hanyalah padaMu. Walau mulutku komat-kamit
tidak jelas karena isak tangis, tetapi Engkau mendengar teriakan dalam hati
kan? Karena saya selalu percaya bahwa penglihatan dan pendengaran Engkau
menembus nurani dan akal pikir. Tetapi sekarang-sekarang saya mulai bisa
terbuka dan bercerita pada orang-orang yang saya percayai kalau ada apa-apa,
dan ternyata saya lebih dapat bersyukur karena Engkau memang tidak pernah
membiarkan saya seorang diri. Saya ingat pernah tinggal terpuruk dalam perasaan
kesepian dalam keramaian begitu lamanya. Saya ingat Tuhan, ketika saya begitu
kejinya diremehkan hingga saya membenci diri saya sendiri begitu banyaknya. Ah
ternyata setelah saya banyak terjun ke dunia bawah sana, banyak yang melebihi
penderitaan yang pernah saya alami. Saya tidak paham lagi perihal cara Engkau
mengajari arti syukur. Boleh jadi saya menangis dan begitu rapuh dengan
kehilangan, tetapi Engkau kerap membuat saya sadar bahwa yang tersisa, yang ada
dan yang dimiliki selalu lebih besar melebihi dari apa yang pergi. Tanpa
kehadiran Engkau ya Rabb, tidak mungkin saya dapat bertahan. Saya lemah, tidak
berani saya menyombongkan diri atasMu.
Tuhan saya yang Maha Baik. Terima
kasih telah melahirkan saya pada kehidupan ini dari rahim perempuan yang baik
dan hebat dan aku memanggilnya mamah. Terima kasih telah membesarkan saya dalam
keluarga yang bijak mendidik saya menjadi seorang manusia. Perempuan bedebah
ini dilatih keluarganya untuk tidak jadi benalu bagi orang lain, meskipun saya
sering menyakiti orang lain ya Tuhan, tetapi semoga Engkau membukakan hati
orang-orang yang saya sakiti untuk selalu dapat memaafkan saya. Terima kasih telah
menghadirkan banyak wajah pada kehidupan saya. Dengan sakitnya perasaan
dibenci, saya sadar bahwa saya tidak boleh membenci. Dengan sakitnya perasaan
kesendirian, saya sadar bahwa saya dapat memahami dan menjiwai solidaritas dan
loyalitas. Dengan sakitnya perasaan, saya sangat bisa merasakan kesakitan yang
dialami orang lain. Tuhan, yang Maha Beberkat, yang Maha Pengabul Doa, saya mohon
jadikanlah saya perantara kebaikan bagi orang-orang yang saya cintai.
Tuhan kalau boleh beri saya banyak
waktu cukup lama bercengkrama disini. Menikmati impian-impian sederhana;
menikah dengan orang yang semakin membawa saya dekat padaMu, bisa merasakan
dipanggil Ibu, bisa merasakan berjuang lebih banyak untuk kebaikan, dan segala
impian-impian sederhana lain sebagai manusia yang lemah. Tak mungkin Tuhan, tak
mungkin impian itu tercapai tanpa KunfakayakunMu di dalamnya.
Kalau boleh ya Tuhan, jemputlah
dan ambillah nyawa saya ataupun orang-orang yang saya cintai saat Engkau dapat
memaafkan dengan tulus. Saat Engkau tidak membenci. Saat Engkau dapat tersenyum
pada. Saya ketakutan…….Terlalu takut.
Terima kasih ya Tuhan, sudah mau
mendengar.
Regards,
Best sinner ever.