Formulir Kontak

 

Merangkul Perubahan


How dumb you are while you believe she will always stay same” – saya lupa kutipan percakapan dari film apa.
Satu hal yang pasti adalah bahwa perubahan itu pasti. Pergerakan adalah kepastian, karena jika kita stagnan di tengah kondisi dunia yang selalu berubah, artinya kita bergerak mundur. Here I give you some illustration,



                                      

   


[I’m sorry fellas, I am not graphic illustrator, but please just imagine! While the world “Right now” move away to “next time/later”, but we STAY still in same position………….the position will be……….





LIKE THAT! Kita sebetulnya sedang bergerak mundur jika kita tidak berubah. Hingga menjadi terbelakang.
Please consider, even YESTERDAY is our past. Even TOMORROW is our future. Future is not about who we are 5 – 10 – or 20 years again, but even one hour from now I’m typing this writing is my future. Perubahan satu nafas ke nafas yang lainnya adalah pergerakan “masa sekarang” ke “masa depan”. Masa lalu mempengaruhi siapa kita saat ini, dan apa yang kita lakukan dan pilih saat ini mempengaruhi masa depan kita satu dua jam kemudian hingga sepuluh atau seratus tahun kemudian. Kehidupan kita di dunia ini mempengaruhi kehidupan kita di dunia lain setelah kita mati. 
Dunia dalam tafsiran saya bukan perihal soal bumi yang kita tapaki, karena yang saya panggil “dunia” adalah orang-orang di sekeliling saya, status, keadaan, materi, tempat atau bahkan jiwa saya sendiri. Semua yang ada di sekitar dan ada pada dalam diri saya adalah kesatuan dunia saya. Mereka adalah semesta saya. Sialnya, semesta selalu berubah. 
Saya selalu menyimpan baik-baik dalam benak saya pelajaran perihal kemelekatan yang saya dapat dari Biksu di Vihara Vipassana Graha, katanya “Bahwa segala sumber penderitaan yang anda rasakan saat ini karena anda terlalu melekat dan terlalu bergantung pada segala hal yang tidak permanen”. His words totally strike to my chest. Semua ditambah jelas dan gamblang ketika saya sudah membaca buku dengan pembahasan yang sama versi Islam yakni Reclaim your heart karya Yasmin Mogahed. While I did and keep doing the same mistake twice or –even more– I remember every words they said and keep blaming myself again and over again for falling with same reason. Manusia selalu berubah dan keadaan selalu berubah. Itu fakta. Itu nyata. I put my motivator “MT” as an example, before what happened to him right now, we believe that he always happy and stay above. But now? You know the answer. People and condition always change.
 Kesalahan terbesar yang sering saya lakukan adalah menempatkan manusia dalam ketergantungan saya paling atas. Some people put their attachment on their power. Some people put their attachment on their money. Kebutuhan setiap orang berbeda, dan tingkatan “kebutuhan” itulah yang membuat letak ketergantungan setiap orang ada pada tempat yang berbeda. I am too much dependent with people around me like my family, my friends, or maybe to someone I felt in love with. I realize the words “Laa Illaha Illallahu – There is no God except Allah Taala” is easy to said but –damn– actually that’s really really hard to commit. Maybe we will deny while someone said to us “you’re doing syirik” because we keep “saying” that our God is Allah Taala –the One and Only. But actually in life, we always battle with false love. Indeed, even Quran taught us in surah At-Taubah; ayat 24.
"jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. 
 We’re not “worshiping” people or things we love by doing –sujud– to them. Nope, don’t misunderstood worship only by body movement. Worship is collaboration of thinking, saying, feeling and doing. Jangan salah; mencintai orang-orang di sekeliling kita, mencintai pekerjaan, uang dan segala hal karunia adalah bukan kesalahan. Itu semua adalah halal dan baik. TETAPI, jika cinta itu melebihi kadar yang berlebihan itu adalah salah. Kita seringkali menggeser Tuhan oleh karunia yang diberikanNya. Kita menggeser Sang Pemberi oleh pemberianNya” Yasmin said. Kita lebih banyak memikirkan manusia daripada Tuhan, kita lebih banyak menangis oleh manusia daripada Tuhan, kita lebih banyak mencoba menyenangkan manusia daripada Tuhan. Is that right? For example, we often say “sebentar!” while Adzan recited. Remember! Laa Illaha Illallahu is hard to commit. We need put much efforts to do it.
 I often depend my happiness, my self-worth, and my sadness to person I love. The big mistake I did is; perubahan saya seringkali ditentukan perubahan mereka. Perubahan mereka menentukan perubahan saya. While we try to change ourselves for people’s sake we will end up disappointed. Trust me, I did and I know.
I asked about this opinion to people around me, and then they realize they always do the same mistakes like me. Sehingga saya memang bedebah bodoh yang merusak diri saya sendiri jika saya tidak berubah atau bahkan tidak merangkul perubahan. Bahwa saya sering tidak siap dengan perubahan orang-orang di sekeliling saya atau zona nyaman saya. Saya tipikal orang yang sering meratapi penuh kesedihan atas perubahan orang-orang yang saya cintai dan saya sadar bahwa saya amat sangat membenci kehilangan. Bukan hanya saya, tetapi semua orang demikian. Padahal sebagaimanapun kita membenci perubahan dan kehilangan, kita akan selalu berhadapan dengan itu. Deal with it, that’s the only —the one only—option. Harsh truth. Dunia ini memang sejatinya dibentuk untuk mematahkan kita. Sebuah kenyataan yang bagi saya menjengkelkan. Karena untuk berkembang, kalau kata Paulo Coelho dan Sun Tzu, kita perlu jatuh tujuh kali dan bangkit delapan kali. Tujuh kali!! Kita bahkan membutuhkan banyak waktu untuk pulih dari hanya dari satu keterpurukan. Damn world, why are you so cruel.
Segala sumber kesedihan adalah kehilangan. Bisa jadi kehilangan orang yang kita cintai, bisa jadi saat kehilangan diri sendiri [akal sehat], bisa jadi saat kita kehilangan kekayaan, bisa jadi saat kita kehilangan apapun yang kita cintai, tapi sumber utama kesedihan –kalau kita berani bertanya ke bagian dalam diri kita yang paling dalam-- adalah saat kita kehilangan kehadiran Tuhan dalam hati kita. I once felt it, and it broke me so badly. I lost anything.
Saya berubah. Saya menyadari perihal kemelekatan saya dimulai dengan teman di kampus saya yang sudah punya dunianya masing-masing. I remember I cried a whole night while my best friends graduated. I also remember I cried every night while I lost someone I once felt in love with. I also often cry to face my own anxiety feeling afraid to losing again and again. Really, I don’t even know why I am so sensitive right now. I can’t deal with myself. This is so ---not--- me. I am looking for the “source” of my sadness. And I know, the reason is about my attachment like I’ve said before.
And my friends last night taught me that people always change, “even you” he said. Don’t blaming yourself for who you are today, take the lesson, he said. Reza & Yosa! Your simple words strike to my chest [again]. Dalam teori perubahan perilaku, posisi saya sebelumnya adalah “preparation”, saya tidak sadar tentang kesalahan saya. Sekarang saya amat sangat sadar –yaAllah tolong– saya sadar saya sangat tertinggal jauh sekali di belakang.
Saya sadar bahwa saya harus berubah; mengubah hati saya, mengubah isi pikiran saya, mengubah sikap saya, mengubah pola hidup saya, mengubah prioritas dan terutama mengubah pada Siapa saya harus bergantung. Saya harus menetapkan standar yang benar untuk menjadi benar. Indikator perubahan, tujuan dan aspek yang benar. Karena kita harus benar dengan ada Ridha Allah Taala didalamnya. Mengatakan untuk mempercayai akan rencanaNya [tawakkul] adalah hal yang mudah TETAPI meyakini dan ikhlas menjalaninya bukan hal yang amat gampang. Karena memberikan Iman pada Islam adalah taat akan dua hal; bersyukur saat bahagia dan bersikap sabar saat ditimpa musibah. Percayalah, bahwa sebuah perubahan ke arah yang lebih baik perlu tuntunan dariNya. I believe and I put my deep thoughts while I’m writing this. I made, I make, and I believe I will make mistake again. But, our God is Arrahman – Arrahim will always forgive us if we’re repent to Him with sincerity. Don’t humanize God, and don’t consider human as your God. Believe, we as human is the best sinner. Setan mendekam bukan dalam tubuh orang lain, tapi dalam diri kita sendiri. Change yourself for the God’s sake.
Audzubillahiminasyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim,
Yang fana adalah waktu, kita abadi – Sapardi.
Allahuakbar! skripsi!!

Total comment

Author

Unknown

4   komentar

Nice insight,
*cuz it happened to me too :)
Thankyouuuu! Wow,you know you're not alone 😂 lemme know if you want to share your story
Glad to know that i'm not the only one :D
Ahahahhaah tenang, nggak mungkin sendiri kok.Hakikatnya semua orang rapuh dengan kehilangan, both men and women :)

Cancel Reply