Bolehkah aku meminta satu permintaan terakhir
sebelum berpisah denganmu? Jika kamu tak ingin mengabulkannya, aku akan
memaksamu mengabulkannya. Setidaknya, itu untuk balas budi atas
kebaikan-kebaikan yang selama ini aku berikan kepadamu. Iya, aku perempuan
tengik yang sepamrih itu. Perempuan sombong yang merasa dirinya sudah berbuat banyak
kebaikan, padahal yang aku lakukan bukan apa-apa. Jika aku dianggap kurang
ajar, memang aku perempuan kurang ajar.
Sekali lagi, aku meminta kamu mengabulkan permintaan terakhirku! Jika
kamu tak bisa, kamu harus tetap bisa. Jika kamu tak mampu, kamu tetap harus
mampu. Jika kamu tak mau, kamu harus tetap mau. Pokoknya kabulkan permintaan
terakhirku ini ya, titik!
Kamu lelaki terhormat, dan lelaki terhormat selalu menepati
janjinya. Aku selalu memegang janji yang selalu kau pinta untukku penuhi, tak
pernah sekalipun aku menceritakan rahasia-rahasia yang kau ungkap padaku kepada
siapapun. Siapapun! karena aku bukan
perempuan bajingan yang mengobral rahasia untuk menjadi bahan gosip orang-orang
secara serampangan. Kamu laki-laki terhormat dan aku selalu berusaha menjaga
kehormatanmu. Aku harap, kamu tetap menjadi laki-laki hebat yang akan
merahasiakan permintaanku ini kepada siapapun. Siapapun! Biarlah kita menjadi pembuktian bahwa peribahasa semua rahasia
akan terungkap pada waktunya, bisa saja salah. Biarlah rahasia kamu yang aku
pegang tetap menjadi rahasia, bahkan anginpun menutup mulutnya rapat-rapat
seperti dibungkam oleh sogokan dan ancamanku yang bisa membuatnya diam
selamanya. Begitupun kamu, jadikanlah seluruh isi dan pengabulan surat ini menjadi
sebuah rahasia yang mungkin lebih baik kamu mati daripada harus mengungkapnya. Kamu
tahu bagaimana mengerikannya kemurkaan seorang perempuan yang terbiasa baik? Jangan
buat aku marah dengan melanggarnya. Aku mengatakan ini dengan membuang separuh
harga diri dan egoku. Hanya di hadapan kamu aku mampu dan hanya mau
melakukannya. Jika ini membuat kamu merasa jijik, aku mohon, berbaik hatilah
dulu untuk memenuhi ini dengan rasa iba seperti kamu memberikan uang recehan
pada pengemis yang meminta-minta kamu dengan paksa. Kamu tak akan kehilangan
seluruh isi dompetmu atas hilangnya recehan uang itu. Permintaanku tak akan
membuatmu kehilangan seluruh hidupmu. Jika kamu memang laki-laki baik yang
dapat menghargai perempuan, anggaplah ini sebuah permintaan terakhir seorang
teman yang pernah selalu ada untukmu. Ini permintaan yang mengikuti hati, dan
hanya aku yang mengetahuinya seorang diri, karena kalau aku meminta pendapat
orang-orang sekelilingku perihal ini mereka akan mengatakan aku perempuan
tolol.
Permintaanku hanya satu, berikan aku satu hari yang
bisa aku kenang selamanya mengenai kamu. Berikan aku satu hari, dimana aku akan
berkelana mengenangnya dengan kebahagiaan dan sebuah tangisan secara bersamaan.
Berikan aku satu hari terakhir, seperti drama-drama romantis entah menyedihkan
yang hanya ada di layar kaca.
Meskipun perasaanmu tinggal dalam masalalumu, atau
perempuan baru yang entah-berantah siapapun itu; berikan aku seluruh hatimu di
hari itu, hanya untuk aku. Persoalan-persoalan apapun yang sedang kamu hadapi
saat itu, simpan dululah, dan hanya pusatkan seluruh pikiranmu untuk
membahagiakanku. Sehari saja, aku meminta kamu menyiksa dirimu sendiri dengan
kepura-puraan. Aku akan mengenakan pakaian yang menurutku paling bagus yang
membuatku sedikit terlihat lebih cantik, kamupun, kenakanlah pakaian yang
membuatmu merasa tampan. Hanya sehari itu, buang dululah bayangan kamu tentang
tipe idaman perempuanmu yang tidak realistis itu dan tak dapat kupenuhi. Hanya
pada hari itu, pandangilah aku sebagai perempuan paling cantik dan hebat di
matamu yang dapat membuat kamu tersenyum-senyum saat menatapku, jika kamu tak
bisa, berpura-puralah sebisanya. Lupakanlah dulu perempuan-perempuan yang masuk
ke dalam hidupmu, baik yang pernah ataupun akan kamu tarik ke dalam hidupmu.
Sehari itu, kamu harus jadi milikku sepenuhnya. Sehari itu, kamu harus jadi
kekasihku. Sehari itu, kamu harus jadi sahabat terbaikku. Hanya pada hari itu,
buatlah percakapan-percakapan terbaik yang dapat aku kenang, entahlah isinya penuh
kejujuran atau kebohongan, aku hanya ingin percakapan semenarik mungkin yang
dapat membuat aku tertawa dan menangis sendirian saat mengingatnya.
Berikan aku satu hari dimana lenganmu dapat aku
genggam dengan eratnya selayaknya tangan bayi yang merasa nyaman saat meraih
genggaman Ibunya. Satu hari dimana pundakmu dapat aku sandari sepuas hati
seperti boneka Teddy bear yang selalu aku sandari setiap malam saat menggigil
kedinginan. Satu hari dimana rambutmu bisa aku acak-acak semau diri. Berikanlah
aku sesuatu yang ingin kamu berikan dan lakukan pada perempuan yang paling kamu
cintai, hanya pada hari itu, untukku seorang diri. Meskipun tak ada rasa,
meskipun penuh pura-pura, meskipun ide gila ini tidak dapat kamu cerna. Pada
hari itu, aku ingin aku dan kamu mengunjungi tempat yang membuat aku menyemai
namamu saat memasukinya. Aku ingin makan di restoran kesukaanmu, hingga saat
itu kamu merasa nyaman memberikan sisi terbaikmu untukku. Aku ingin sebuah hari
dimana dunia serasa milikku dan kamu.
Karena sesudah hari itu berakhir, aku akan
melepaskanmu dengan sungguh-sungguh dan kamu dapat berhenti berpura-pura seolah
tak terjadi apa-apa. Berikan aku satu hari dimana itu seolah sebuah mimpi yang
menjadi nyata. Hingga esoknya aku akan kembali menyadari bahwa memang itu hanya
sebuah mimpi. Setidaknya aku ingin sebuah pengalaman perpisahan yang tidak
menyakitkan. Esoknya aku dan kamu akan menjadi seseorang yang tak akan pernah
membahas apa yang telah terjadi. Kita dapat menjadi teman seperti biasa. Kita
akan seperti biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Bisakan?
Aku memohon ini dengan ketulusan, aku memohon ini
dengan penuh kejujuran karena aku ingin menjadi seorang ratu yang membahagiakanmu
dengan totalitas meski hanya sehari. Aku perempuan penuh imajinasi yang ingin
mempercayai bahwa sebuah dongeng ada kalanya dapat terkabul jika ia
mengorbankan sesuatu. Aku mengorbankan harga diriku sebagai perempuan melalui
surat ini. Harga diri merupakan sesuatu yang selalu aku pegang baik-baik
sejumlah umurku saat ini, dan aku seolah membuang itu semua melalui permintaan ini.
Ini adalah sesuatu yang aku pikir pertama kalinya dan akan menjadi terakhir
kalinya aku lakukan. Aku tak memintamu membuat sesuatu yang dapat kamu kenang,
aku meminta kamu melakukan sesuatu yang akan aku kenang seorang diri. Meskipun
itu palsu, meskipun itu gila. Sebuah hari dimana ia akan menemani sisa-sisa
puisiku. Apa kamu berbaik hati melakukannya? Kutunggu balasannya malam ini.
Hapuslah surat ini, karena aku enggan siapapun membacanya selain kamu. Ini
adalah permintaan tergila yang pernah aku minta pada orang lain. Aku tak senang
merepotkan orang lain, tapi aku ingin kamu direpotkan sehari saja. Untuk aku,
demi aku. Terima kasih, ya.........